PSIKOLOGI
ANATIKAL
Jung mengemukakan teori kepribadian
bersifat racial atau phylogenic. (Filogenik : evolusi
genetika yang terkait dengan sekelompok makhluk hidup. Asal muasal kepribadian
secara filogenik berada di keturunan, melalui jejak ingatan dari pengalaman
masa lalu ras manusia). Dasar kepribadian bersifat archaic, primitive, earth mother, child, wise old man, dan anima, semuanya menjadi predisposisi
bagaimana orang menerima dan merespon dunia.
STRUKTUR
KEPRIBADIAN
Kepribadian
atau psyche adalah mencakup
keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidak sadaran.
Kepribadian membimbing manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
dan lingkungan fisik.
Kepribadian disusun
oleh sejumlah sistm yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran; ego
beroperasi pada tingkat dasar, kompleks beroperasi pada tingkat taksadar
pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat taksadar kolektif.
Kesadaran
(Consciusness) dan Ego
Consciousness
muncul
pada awal kehidupan, bahkan mungking sebelum dilahirkan. Menurut Jung, hasil
pertama dari diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi
kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsi, fikiran, perasaan
dan ingatan yang bisa masuk ke dalam kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia
akan menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke
kesadaran.
Taksadar
Pribadi (personal Unconsious) dan
Kompleks (Complexes)
Pengalaman
yang tidak disetujui ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi disimpan
dalam personal unconscious, sehingga
taksadar pribadi berisi pengalaman yang ditekan, dilupakan, dan yang gagal
menimbulkan kesan sadar.
Di dalam taksadar
pribadi, sekelompok idea mungkin mengorganisir diri menjadi satu, disebut complex. Jung menemukan kompleks ini
melalui risetnya dalam asosiasi kata.
Orang dikatakan
mempunyai kompleks kalau orang itu jenuh (preoccupied)
dengan sesuatu yang mempengaruhi hampir semua tingkah lakunya. Kompleks
mempunyai inti, yaitu inti kompleks yang bertindak sebagai magnet menarik atau
mengkonsentrasikan berbagai pengalaman kearahnya. Inti dan unsur yang terkait
dengannya bersifat tak sadar, tetapi kaitan-kaitan tersebut dapat dan sering
menjadi sadar.
Faktor penyumbang
timbulnya kompleks yang paling dalam, yaitu taksadar kolektif.
Taksadar
Kolektif (Collective Unconscious)
Disebut
juga transpersonal unconscious, konsep
asli Jung yang paling controversial; suatu sistem psikis yang paling kuat dan
paling berpengaruh. Taksadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang
diwariskan oleh leluhur, bail leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur
pramanusia atau binatang. Ingatan yang diwariskan adalah pengalama-pengalama
umum yang terus menerus berulang lintas generasi, bukanlah memori atau fikiran
yang spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk
bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu.
Taksadar kolektif
merupakan pondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian.
Diatasnya dibangun ego, taksadar pribadi, dan pengalaman individu. Isi utama
dari taksadar kolektif adalah arsetip, yang dapat muncul ke kesadaran dalam
wujud simbolisasi.
Arsetip
(Archetype)
Taksadar
kolektif berisi image dan bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, yang
dinamakan archetype (dinamakan juga dominan, primordial image, imago, mitologic
image, atau pola tingkahlaku). Arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili
atau melambangkan peluang munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu.
Arsetip yang muncul
pada pengalaman awal manusia membentuk pusat kompleks yang mampu menyerap
pengalaman lain kepadanya. Misalnya, bayi yang baru lahir telah memiliki
predisposisi untuk mengagumi kekuatan atau hasrat untuk menciptakan dan
mengontrolnya. Arsetip ibu menghasilkan gambaran tentang ibu dalam taksadar
kolektif yang kemudian diidentifikasikan dengan ibu yang senyatanya. Jadi persepsi
bayi terhadap ibunya ditentukan oleh arsetip ibu dan pengalaman nyata bayi
tersebut dengan ibunya.
Jung mengidentifikasi
berbagai arsetip, yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan
tingkahlaku adalah; persona, anima-animus, shadow, dan self.
Persona
Persona
adalah kepribadian piblik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan dunia, atau
pendapat public mengenai diri individu sebagai lawan dari kepribadian privat
yang berada dibalik wajah sosial.
Persona dibutuhkan
untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan, fikiran dan tingkahlaku.
Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu kepada orang lain dan sering juga
menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
Anima
dan Animus
Manusia
pada dasarnya biseks. Begitu pula dalam kepribadian, ada arsetip feminin dalam
kepribadian pria, disebut anima, dan
arsetip maskulin dalam kepribadian wanita, disebut animus. Arsetip tersebut merupakan produk pengalaman ras manusia.
Anima dan animus
menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan cirri lawan jenisnya, sekaligus
berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis untuk
tertari dan memahami lawan jenisnya.
Shadow
Bayangan
adalah arsetip yang mencerminkan insting kebinatangan yang diwarisi manusia
dari evolusi makhluk tingkat rendahnya. Menurut Darwin manusia adalah evolusi
dari binatang, dan sifat-sifat kebinatangan tetap ada dalam diri manusi, dalam
ujud arsetip shadow atau bayangan.
Jadi bayangan adalah sisi binatang dalam kepribadian manusia, arsetip yang
sangat kuat dan berpotensi menimbulkan bahaya.
Apabila bayangan dan
ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur dalam tingkahlaku yang berguna,
dan dampaknya orang menjalani hidup dengan semangat. Tetapi jika bayangan tidak
tersalur dengan baik, kekuatan bayangan menjadi agresi, kekejian yang merusak
diri sendiri dan orang lain. Bayangan adalah insting dasar yang menuntut
penyesuaian dengan realita berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan diri (suvival).
Self
Konsep
keutuhan dan kesatuan kepribadian dipandang sangat penting oleh Jung. Self
adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan. Arsetip self
menyatakan diri dalam symbol, seperti lingkaran magis atau mandala di mana self
menjadi pusat lingkaran itu.
Self menjadi pusat
kepribadian , dikelilingi oleh semua sistem lainnya. Self mengarahkan proses
individuasi, melalui self aspek kreativitas dalam ketidaksadaran diubah menjadi
disadari dan disalurkan ke aktivitas produktif.
Simbolisasi
Symbol
adalah tanda yang tampak yang mewakili hal lain (yang tidak tampak). Arsetip
yang terbenam di dalam taksadar kolektif hanya dapat mengekspresikan diri
melalui symbol-simbol.
Symbol beroperasi dalam
dua cara. Pertama, dalam bentuk retrospektif, dibimbing oleh insting symbol
mungkin secara sederhana menunjukkan impuls yang karena alas an tertentu tidak
terpuaskan. Misalnya, dansa mungkin simbolik dari perilaku seks.
Kedua,
dalam bentuk prospektif, dibimbing oleh tujuan akhir kemanusiaan, symbol
mengekspresikan kumpulan kebijaksanaan yang telah dicapai, yang dapat
diterapkan pada masa yang akan datang. Misalnya, belajar/sekolah mungkin symbol
dari harapan dan cita-cita.
Sikap
dan Fungsi (Attitude dan Function)
Ada
dua aspek kepribadian yang beroperasi di tingkat sadar dan taksadar, yakni attitude (introversion-ekstroversion) dan
function (thinking, feeling, sensing, dan
intuiting).
Sikap
Introvesi (Introversion) dan
Ekstraversi(Extraversion)
Sikap
introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada
dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam bentuk hasil amatan,
cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan antisocial. Umumnya orang
introvertif itu senang introspektif dan sibuk dengan kehidupan internal mereka
sendiri.
Sikap ekstraversi
mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia
luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan
orang disekitarnya, aktif dan ramah. Orang yang ekstravertif sangat menaruh
perhatian mengenai orang lain dan dunia disekitarnya, aktif, santai, tertarik
pada dunia luar.
Apabila ego lebih
bersifat ekstravert dalam berhubungan dengan dunia luar, maka taksadar pribadi
akan bersifat introvert. Sebaliknya kalau ego introvert, maka taksadar
pribadinya ekstravert. Hanya sedikit orang yang murni introvert atau murni
ekstravert. Umumnya orang memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu, artinya
manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia dalam dan dunia luar secara bersamaan.
Fikiran
(Thinking) - Perasaan (Feeling) – Pengindraan (Sensing) – Intuisi (Intuiting)
Fikiran
adalah fungsi intelektual, mencari saling hubungan antar ide untuk memahami
alam dunia dan memecahkan masalah. Perasaan adalah fungsi evaluasi, menerima
atau menolak ide dan obyek berdasarkan apakah mereka itu membangkitkan perasaan
positif atau negatif, member pengalaman subjektif manusia seperti, kenikmaran,
rasa sakit, marah, takut, sedih, gembira dan cinta. Fikiran dan perasaan adlah
fungsi rasional karena keduanya melibatkan keharusan memutuskan sesuatu;
misalnya, apakah du aide saling berhubungan atau tidak (berpikir) atau sesuatu
itu menyenangkan atau tidak menyenangkan (perasaan).
Pengindraan
adalah fungsi konseptual atau kenyataan, menghasilkan fakta-fakta kongkrit atau
bentuk representasi dunia. Intuisi adalah persepsi secara taksadar atau
subliminal, memperoleh kebenaran tanpa melalui fakta yang kongkrit. Pengindraan
dan intuisi adalah fungsi nonrasional. Keduanya merespon stimuli, baik yang
nyata maupun yang tidak nyata, tidak melalui fikiran atau evaluasi.
Keempat
fungsi itu ada pada setiap orang, biasanya dalam tingkat operasional dan
perkembangan yang berbeda. Satu fungsi yang paling berkembang dominan disebut
fungsi superior, dibawahnya ada fungsi pelengkap (auxiliary) yang akan mengambil peran superior kalau fungsi yang
paling dominan itu kerjanya terganggu. Fungsi yang paling kurang berkembang
disebut fungsi inferior, yang direpres menjadi tidak disadari, yang terungkap
dalam mimpi dan fantasi.
Tipologi
Jung (gabungan Sikap-Fungsi)
Jung
memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendiskripsikan tipe-tipe
kepribadian manusia. Dari kombinasi sikap (ekstavers dan introvers) dengan
fungsi (fikiran, perasaan, pengindraan, intuisi) akan diperoleh delapan macam
tipe manusia, yakni tipe ekstraversi-fikiran, ekstraversi-perasaan,
ekstraversi-pengindraan, ekstraversi-intuisi, introversi-fikiran,
introversi-perasaan, introversi-pengindraan, dan introversi-intuisi.
Tipologi Jung disajikan
dalam ikhtisar dan dibagi dalam 8 tipe manusia.
Sikap
|
Fungsi
|
Tipe
|
Ciri kepribadian
|
Ekstraversi
|
Fikiran
|
Ekstraversi-fikiran
|
Manusia ilmiah, aktivitas intelektual
berdasar data obyektif
|
Perasaan
|
Ekstraversi-perasaan
|
Manusia dramatic, menyatakan emosinya
secara terbuka dan cepat berubah
|
|
Pengindraan
|
Ekstraversi-pengindraan
|
Pemburu kenikmatan, memandang dan
menyenangi dunia apa adanya
|
|
Intuisi
|
Ekstraversi-intuisi
|
Pengusaha, bosan dengan rutinitas,
terus menerus menginginkan dunia baru untuk ditaklukkan
|
|
Introversi
|
Fikiran
|
Introversi-fikiran
|
Manusia filsuf, penelitian intelektual
secara internal
|
Perasaan
|
Introversi-perasaan
|
Penulis kreatif, menyembunyikan
perasaan, sering mengalami badai emosional
|
|
Pengindraan
|
Introversi-pengindraan
|
Seniman, mengalami dunia dengan cara
pribadi dan berusaha mengekspresikannya secara pribadi pula
|
|
intuisi
|
Introversi-intuisi
|
Manusia peramal, sukar
mengkomunikasikan intuisinya
|
Tujuan ideal yang
diperjuangkan oleh kepribadian adalah mengembangkan keempat fungsi tersebut
dalam tingkat yang sama, sehingga tidak ada yang superior atau inferior.
DINAMIKA
KEPRIBADIAN
Variasi
struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar
dibuat formulanya. Akhirnya, Jung mencoba mendekati dinamika itu dari
prinsip-prinsip interaksi dan fungsi/tujuan penggunaan energy psikis.
Interaksi
antar Struktur Kepribadian
Prinsip
Oposisi
Berbagai
sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara,
saling bertentangan (oppose), saling
mendukung (compensate), dan bergabung
menjadi satu kesatuan (synthese).
Prinsip oposisi paling sering terjadi, karena kepribadian berisi berbagai
kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan (akibat konflik) adalah esensi
hidup; tanpa itu tidak ada energy dan tidak ada kepribadian.
Prinsip
Kompensasi
Dipakai
untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi antara
sadar dan taksadar; fungsi yang dominan pada kesadaran dikompensasi oleh hal
lain yang direpres. Misalnya kalau sikap sadar mengalami frustasi, sikap
taksadar akam mengambil alih. Ketika orang tidak bisa mencapai apa yang
dipilihnya, dalam tidur sikap taksadar mengambil alih dan muncul ekspresi
mimpi. Arsetip berkompensasi dengan fikiran sadar, anima/animus berkompensasi
dengan karakter feminine/maskulin.
Prinsip
Penggabungan
Menurur
Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan-pertentangan
yang ada. Berusaha untuk mensintesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian
yang seimbang dan integral. Integrasi ini hanya sukses dicapai melalui fungsi
transenden.
Enerji
Psikis
Fungsi
Enerji
Interaksi
antar struktur kepribadian membutuhkan enerji. Jung berpendapat bahwa
personality adalah sistem yang relative tertutup, bersifat kesatuan yang saling
mengisi, terpisah dari sistem enerji lainnya. Berfungsinya kepribadian
tergantung kepada bagaimana enerji dipakai. Enerji yang dipakai untuk
kepribadian disebut enerji psikis, atau enerji hidup (life energy). Enerji itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan dan
keinginan, serta berbagai proses seperti mengamati, berfikir dan memperhatikan.
Enerji psikis berasal dari pegalaman; melalui pengalaman hidup mengalami
perubahan enerji fisik menjadi enerji psikis.
Misalnya, pada waktu
tidur orang bernafas dan jantungnya bergerak, itu semua membutuhkan enerji
fisik. Namun Jung menyatakan bahwa enerji psikis sebagai konstruk hipotesis,
tidak dapat diukursecara langsung. Enerji psikis itu hanya bisa dipahami dari
besarnya udaha yang dilakukan pada suatu kegiatan.
Nilai
Psikis (Psychic Value)
Ukuran
banyaknya enerji psikis yang tertanam dalam salah satu unsure kepribadian,
disebut nilai psikis (psychic value)
dari unsure itu. Suatu idea tau perasaan tertentu dikatakan memiliki value yang
tinggi kalau idea tau perasaan itu memainkan peran penting dalam mencentuskan
dan mengarahkan tingkahlaku.
Misalnya buruh yang
bekerja sekedar untuk mendapat gaji, bekerja memakai enerji fisik yang besar
tetapi hanya memakai enerji psikis sedikit. Sebaliknya buruh yang bekerja
dengan penuh perasaan dan perhatian (karena senang dengan jenis pekerjaannya)
dan dengan penuh semangat dan pengabdian (karena senang dengan perlakuan
majikannya), memakai enerji yang besar dibarengi dengan enerji psikis yang
besar juga.
Nilai psikis suatu idea
tau perasaan tidak dapat ditentukan secara absolute, tetapi nilai relatifnya
(mana yang lebih kuat dari yang lain) dapat dianalisis. Nilai psikis taksadar
harus ditentukan dengan menganalisis “daya konstelasi unsure inti suatu
kompleks.” Kekuatan kompleks adalah jumlah kelompok item atau pengalaman yang
dapat disimpulkan berhubungan dengan inti kompleks. Menaksir kekuatan kompleks itu
dapat dilakuakan dengan metoda observasi dan deduksi, indicator kompleks, dan
reaksi emosional.
Menaksir Value Unconscious
METODA
|
DESKRIPSI
|
Observasi dan deduksi
|
Mengamati tingkahlaku
dan kesimpulan. Misalnya, diamati ada seorang wanita yang membicarakan ibunya
dalam hampir semua percakapan, meniru minat ibunya, meluangkan waktu untuk
teman-teman ibunya, memilih membaca buku tentang ibu dan anak; semua pertanda
itu mengacu adanya kompleks ibu.
Jika kompleks hanya
tampak dalam bentuk tersembunyi, bisa dianalisis elemen tingkahlaku yang
terpisah dan disimpulkan secara deduktif penyebab yang melatarbelakanginya.
Misalnya, diamati seorang pria yang patuh tetapi juga semaunya sendiri. Orang
itu mungkin ingin mengontrol orang lain memakai manipulasi yang lembut, suatu
kompleks kekuasaan.
|
Indicator Kompleks
|
Mencatat dan meneliti
berbagai gangguan tingkahlaku seperti salah ucap atau hambatan ingatan.
Memanggil isterinya memakai nama ibunya mungkin ungkapan kompleks ibu. Lupa
nama temannya (yang bernama : Maiti) ketika akan mengenalkan teman itu kepada
orang lain, karena nama itu mirip dengan bahasa Arab mayat (mait) mungkin
dilatarbelakangi oleh kompleks mati.
|
Reaksi Emosional
|
Ditunjukkan kepada
seseorang senarai kata atau kalimat dan mencatat reaksinya, antara lain waktu
reaksinya dan pola respon fisio-logiknya. Respon lambat yang jelas mungkin
menandakan bahwa kata itu berasosiasi dan menyentuh kompleks yang
disembunyikan respon fisiologi yang tidak umum (misalnya denyut jantung
meningkat) mungkin menunjukkan emosi yang meningkat.
|
Kesamaan
(equivalence) dan Keseimbangan (Entropy)
Enerji
psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yakni prinsip ekuivalen dan
prinsip entropi. Prinsip ekuivalen menyatakan, jumlah enerji psikis selalu
tetap, hanya distribusinya yang berubah. Jika enerji pada suatu elemen menurun,
enerji pada elemen yang lain akan menak. Misalnya, jika perhatian anak kepada
orang tuanya menurun, maka perhatiannya kepada teman sebayanya akan naik. Orang
yang enerji sadarnya bertambah, enerji taksadarnya akan berkurang.
Prinsip entropi
mengemukakan tentang kecenderungan enerji menuju ke keseimbangan. Misalnya, dua
benda yang panasnya berveda, manakala bersentuhan maka benda yang lebih panas
akan mengalirkan panasnya ke benda yang lebih dingin, sampai temperatur
keduanya sama. Jadi apabila dua nilai psikis kekuatannya tidak sama, maka
enerji yang lebih tinggi akan mengalir ke enerji yang lebih rendah, sampai
terjadi keseimbangan.
Tujuan entropi adalah
keseimbangan homeostatik.naik turunnya enerji itu di samping disebabkan oleh
perpindahan enerji dari bagian satu ke bagian yang lain (ekuivalen) dan
mengalirnya enerji dari yang kuat ke yang lemah (entropi), bisa juga karena
penambahan atau pengurangan enerji dari luar, baik dari sistem fisik maupun
dari lingkungan.
Hukum umum dari Jung
menyatakan bahwa perkembangan hanya satu sisi dari kepribadian akan menimbulkan
konflik, sedan tegangan dan perkembangan simultan semua aspek akan menghasilkan
harmoni dan kepuasan. Karena bagian/sistem yang lemah akan selalu berusaha
untuk menjadi kuat, bagian dari kepribadian yang sangat kuat terus-menerus
ditekan oleh bagian lain yang lemah.
Tujuan
Penggunaan Enerji
Enerji psikis dipakai
untuk dua tujuan utama, memelihara kehidupan (preservation of life) dan pengembangan aktivitas kultural dan
spiritual (development of cultural and
spiritual activity). Tujuan-tujuan itu diraih melalui gerak progresi (progression) dan atau gerak regresi (regression) :
1.
Progresi adalah gerak maju, berkat
keberhasilan ego dasar menyesuaikan tuntutan lingkungan dan kebutuhan taksadar
secara memuaskan, enerji akan mendukung gerak progresif dimana
kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan disatukan dalam arus yang harmonis.
2.
Regresi adalah gerak mundur dari enerji
psikis akibat adanya frustasi, sehingga enerji itu banyak dikuasai atau dipakai
di dalam proses taksadar. Regresi tidak selalu buruk, karena gerak mundur itu
dapat membantu ego menemukan cara mengatasi hambatan, misalnya regresi itu
mungkin dapat mengungkap pengetahuan atau kebijaksanaan yang ada dalam
ketidaksadaran sebagai arsetip. Regresi semacam itu bisa muncul dalam bentuk
mimpi.
Gerakan yang didukung
enerji bukan hanya maju atau mundur. Ketika lingkungan menentang pemuasan
kebutuhan instingtif, ego mempunyai dua pilihan pemakaian enerji, yakni
sublimasi atau represi.
1.
Sublimasi adalah pengubah tujuan instingtif yang tidak dapat diterima
dengan tujuan yang dapat diterima lingkungan. Ini berarti memindahkan energy
dari proses instingtif yang kabur menjadi lebih tegas dan mementingkan tujuan
cultural dan spiritual.
2.
Represi adalah menekan insting yang
tidalk mendapat pnyaluran rasional di lingkungan, tanpa mengganggu ego. Insting
itu ditekan ke taksadar, enerji dipakai untuk melakukan berbagai kegiatan yang
dapat membuat insting yang ditekan tidak muncul ke kesadaran.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Mekanistik,
Purposif, dan Sinkronisitas
Pendekatan Jung untuk
menjelaskan peristiwa psikis lebih lengkap dibanding Freud. Pandangan Freud
bersifat mekanistik, sedangkan Jung bersifat purposif, yang menjelaskan
kejadian sekarang ditentukan oleh tujuan di masa depan. Sedangkan mekanistik
mengatakan bahwa peristiwa saat ini disebabkan oleh masa lalu.
Menurut Jung, peristiwa
psikis tidak dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis
yang saling berhubungan, keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan
masa depan karena salah satu tidak menjadi penyebab dari yang lain.
Individuasi
dan Transendesi
Tujuan hidup manusia
adalah mencapai kesempurnaan dalam realisasi diri. Hal ini berarti meminimalkan
persona, menyadari anima, menyeimbangkan introversi dan ekstraversi, serta meningkatkan
fikiran, perasaan, dan intuisi.realisasi diri umumnya terjadi pada usia
pertengahan.
Individuasi
Proses memilah- milah,
memerinci aspek kepribadian. Semua aspek harus berkesinambungan agar
kepribadian yang terabaikan menjadi pusat resistensi.
Transendensi
Proses mengintegrasikan
aspek- aspek dalam suatu sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi dalam
satu kesatuan.
Tahap-
Tahap Perkembangan
- Usia Anak
a. Tahap
anarkis (0-6 tahun)
Ditandai
dengan kesadaran yang mungkin ada atau tidak, fase anarkis ini muncul kedalam
kesadaran yang tidak dapat dijelaskan secara akurat.
b. Tahap
monarkis (6- 8 tahun)
Perkembangan
ego muali nampak, pikiran verbal dan logika dimulai.
c. Tahap
dualistik (8-12 tahun)
Ditandai
dengan perubahan ego menjadi obyektif dan subyektif.
- Usia Pemuda
Berlangsung
pada usia pubertas hingga pertengahan. Ditandai dengan meningkatnya kegiatan,
kemandirian, pemahaman bahwa era bebas pada masa kanak- kanak akan menghilang.
Kendala yang dihadapi adalah menolak menghadapi masalah kekinian.
- Usia Pertengahan
Dimulai
usia 35 atau 40 tahun, puncak aktualisasi potensi yang bervariasi. Menurut
Jung, orang- orang pada usia ini menganggap nilai- nilai mudanya masih berlaku
hingga saat ini. Pada tahap ini, orang membutuhkan nilai spiritual.
- Usia Tua
Usia
ini dianggap sama seperti usia anak- anak yang belum terbentuk fikiran dan
kesadaran ego. Jika usia awal, orang takut akan hidup (kerja apa, pasangan
siapa, rumahnya dimana, dan lain sebagainya), justru usia tua takut akan
kematian. Ketakutan ini menjadi suatu yang wajar, namun menurut Jung kematian
adalah tujuan hidup.
Aplikasi
Tes
Asosiasi Kata
Jung bukan orang
pertama yang memakai teknik ini, ia hanya menyempurnakan dan mengembangkan tes
itu. Tujuan tes ini adalah mengungkap perasaa- perasaan yang bermuatan
kompleks. Perlu dilakukan tes ulang agar memperoleh konsistensi jawaban,
reaksi- reaksi tersebut menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh
kompleks.
Psikoterapi
Teori Jung tidak banyak berpengaruh pada
psikoanalisis, justru nampak pada pendekatan teori Rogers(fenomenologi) dan
Maslow(humanistik). Ketika menjalani terapi, klien akan mengalami empat tahapan
:
- Konfesi
Klien
mengeluarkan isi tak sadar yang mengganggunya, dengan memakai obyek
disekitarnya sebagai sarana.
- Eludikasi
Penyebab
timbulnya tingkah laku yang tidak
dikehendaki
- Edukasi
Agar
klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjawab tantangan-
tantangan yang muncul.
- Transformasi
Membantu
klien untuk membedakan berbagai aspek jiwa, sehingga pasien mampu mengatur
aspek- aspek itu dalam harmoni dan merealisasi semua potensinya.
Analisis
Mimpi
Mimpi muncul dari dunia
tak sadar yang diekspresikan dalam bentuk simbolik. Menurut Freud, mimpi
sebagai pemenuhan hasrat. Sedangkan Jung mengatakan bahwa mimpi sebagai usaha
spontan mengetahui hal yang tidak diketahui. Tujuan interpretasi mimpimJung
adalah mengungkap elemen- elemen yang ada di tak sadar pribadi dan kolektif,
dalam kesadaran untuk mempermudah realisasi diri. Ada tiga macam jenis mimpi :
1. Mimpi
besar
Mempunyai
makna khas yang menarik bagi semua orang tanpa dapat dijelaskan mengapa bisa
menarik. Terjadi ketika ketidaksadaran mengalami gangguan serius, sering
diikuti kegagalan ego menangani dunia luar secara memuaskan.
2. Mimpi
tipikal
Mimpi
yang umum pada banyak orang, melibatkan arkhetif figural, arsetip peristiwa,
dan arsetip obyek.
3. Mimpi
anak- anak
Ingatan
tentang mimpi pada masa anak-anak. Bersifat universal, sebagai bukti adanya tak
sadar kolektif.
Interpretasi mimpi membutuhkan pemahaman
mengenai sifat kesadaran pemimpi. Ada tiga metoda analisis analisis mimpi dari
Jung, yaitu :
- Amplifikasi
Pengembangan
metoda asosiasi bebas, orang diminta merespon kata atau mimpi secara bebas.
- Rangkaian mimpi
Mencari
hubungan antara bagian- bagian dengan keseluruhan.
- Imajinasi aktif
Orang
memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak
dimengerti, atau gambaran visual yang spontan.
Evaluasi
Teori Jung berpengaruh
luas, pengaruhnya terhadap psikologi modern tampak pada pengembangan riset
asosiasi kata. Teori Jung banyak menyentuh dunia religius, baik memakai
pandangan agama untuk memahami kehidupan jiwa manusia, atau sebaliknya memakai
pendekatan fenomenologik dari psikologi untuk memahami agama.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
(2009). Psikologi Kepribadian. Malang:
Ummpress.
Pervin, A. L., & Cervone, Danil. (2004). Psikologi Kepribdian, Teori & Penelitian.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar