Selasa, 25 Oktober 2016

TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK



BEHAVIORISTIK
Behaviorisme (behaviorist) merupakan aliran psikologi ilmiah yang dominan di Amerika Utara selama hampir setengah abad. Behaviorisme menaruh perhatian pada penghargaan (reward) maupun punishment dalam mempertahankan maupun mengurangi kecenderungan munculnya mental untuk menjelaskan perilaku.
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
A.    BIOGRAFI EDWARD LEE THORNDIKE
             Thorndike lahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Thorndike mendapat gelar sarjananya di Wesleyn University tahun 1895 dan mendapat gelar masternya di Harvard tahun 1897. Ia  mempelajari bukunya William James mengenai “ Principles of Psychology”  yang sangat menarik banginya kemudian Thorndike menjadi teman baik James.  Thorndike mendapat beasiswa di Columbia dan mendapatkan gelar doktor tahun1898 kemudian dia mengajar di Columbia sampai tahun 1940.
Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian tentang animal psychology  penelitian mengenai hewan yang diwujudkan dalam desertasi doktornya yang berjudul “Animal Intelligence: An Experimental Study of Associative Process in Animals” diterbitkan tahun 1911 dengan judul “ Animal Intellegince” ( Hergenhahn, 1976). Dalam buku ini terdapat ide-ide fundamental Thorndike dan teori tentang proses belajar.
B. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
            Menurut Torndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi antara Stimulus (S) dengan Respon (R). Menurut Thorndike asosiasi antara sense of impression dan impuls to action disebut sebagai connection yaitu usaha yang menghubungkan antara kejadian sensoris dengan perilaku. Thorndike menitikberatkan pada aspek fungsional dari perilaku yang berarti proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri  organisme terhadap lingkungan. Thorndike diklasifikasikan sebagai behavioris yang fungsional.
Pecobaan Thorndike  yang terkenal adalah percobaan pada seekor kucing yang lapar diletakan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis, apabila kenop yang terletak didalam sangkar tersebut tersentuh.  Di depan sangkar tersebut diletakan makanan. Ketika diletakan dalam sangkar kucing tersebut merasa tidak nyaman dan memperlihatkan dorongan untuk lari, kucing berusaha meloloskan diri dari tiap celah yang tersedia, mencakar, dan menggigit terali besi selama delapan sampai sepuluh menit tetap kucing tetap berperilaku demikian namun tidak menghasilkan apapun atau gagal. Kucing terus berusaha dan akhirnya menginjak tali Tu tombol Yng menyebabkan pintunya terbuka.  Setelah melalui beberapa percobaan, kucing tersebut segera menginjak tali atau tombol yang menyebabkan pintu terbuka dari dalam sangkar.
Percobaan tersebut menghasilkan teori  trial and error “atau “selecting and conecting”  menyatakan bahwa dalam belajar terdapat cara mencoba-coba dan membuat salah atau gagal. Dalam percobaan ini kucing tersebut cenderung meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak menimbulkan hasil. Kucing trsebut cenderung memilih dan mengulang-ulang  stimulus yang menghasilkan respon menyenangkan. Setiap respons menghasilkan stimulus baru kemudian stimulus  baru tersebut menghasilkan respons lagi, demikian seterusnya.
Dari eksperimennya Thorndike mengajukan tiga macam hukum-hukum belajar yaitu :
1.    Hukum Kesiapan ( the law of readiness)
Menurut Thorndike belajar yang baik perlu adanya kesiapan, ada beberapa hal yang dikemukakan pertama jika organisme memiliki kesiapan dalam melakukan aktivitas maka akan mengaami kepuasan.
Kedua jika organisme memiliki kesiapan untuk melakukan sesuatu, namun organisme tidak dapat melakukanya maka akan mengalami kekecewaan atau frustasi.
ketiga  jika organisme tidak memiliki kesiapan untuk bertindak namun melakukan maka akan menimbulkan ketikdakpuasan.
2.    Hukum Latihan (the law of exercise)
Ada dua aspek dalam hukum ini pertama yaitu the law of use merupakan hukum yang mendyatakan bahwa hubungan stimulus dan respon akan kuat apabila sering digunakan. Kedua the law of disuse menyatakan bahwa hubungan atau koneksi stimulus dan respon akan lemah jika tidak ada latihan.
3.    Hukum Efek (the law of effect)
Memprkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan respon tergantung pada bagaimana hasil dari respon yang bersangkutan. Apabila stimulus menimbulkan respon yang menghasilkan reward hubungan stimulus dan respon akan kuat, demikian sebaliknya.
Thorndike berpendapat bahwa stimulus yang menimbulkan respon menyenangkan akan cenderung lebih diulang dan memperkuat hubungan stimulus respon sedangkan bahwa stimulus yang menimbulkan respon tidak menyenangkan maka cenderung ditinggalkan dan hubungan stimulus respon melemah.
            Thorndike menyatakan hukum tambahan sebagai berikut:
a.    Hukum Reaksi Bervariasi
Menyatakan bahwa individu diawali proses trial dan error yang menunjukan bermacam –macam respon tepat dalam memecahkan masalah.
b.    Hukum Sikap ( Attitude)
Menjelaskan bahwa prilaku seseorang tidak hanya ditentukan oleh stimulus respon saja , tetapi ditentukan keadaan yang ada dalam individu baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotoriknya.
c.    Hukum Aktifasi Berat Sebelah
Individu dalam belajar memberikan respons pada stimulus tertentu sesuai persepsi terhadap keseluruhan situasi.
d.    Hukum Respons by Analogy
Individu melakukan respon pada situasi yang  belum pernah dialami karena sebenarnya dapat menghubungkan dengan situasai yang sudah pernah dialami. Maka terjadi transfer unsur-unsur yang telah dikenal denga nsituasi baru.
e.    Hukum perpindahan Asosiasi
Proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap dengan menambahkan sedikit unsr baru dan menghilangkan sedikit unsur lama.
C. CONTOH APLIKASI TEORI BELAJAR THORNDIKE.
            Ada seorang anak kecil yang berada di kamar gelap, kemudian dia melakukan respon menangis, namun dari respon menangis itu tidak membuahkan hasil apapun, respon tersebut menjadi lemah. Kemudian anak tersebut meraba-raba atau menekan-nekan segala sesuatu yang ada disekitarnya namun kamar tersebut tetap gelap. Anak tersebut merasakan ada dinding dan meraba dinding itu akhirnya dia menemukan ada tombol listrik kemudian menekannya, akibat respon itu kamar yang tadi gelap menjadi terang. Hubungan antara respon dan akibat menjadi diperkuat. Anak kecil tersebut akan menekan tombol itu kembali jika memasuki kamar yang gelap itu.

BURRHUS FREDERICK SKINNER (1904-1990)
A.    BIOGRAFI B. F. SKINNER
 Burrhus Frederick Skinner lahir pada tanggal 20 Mei 1904 di Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.  Dia tertarik pada kesusastraan yang membawanya masuk Hamilton College jurusan sastra Inggris. Skinner menjadi sarjana muda pada tahun 1926. Pada saat Skinner masuk universitas, adiknya meninggal dunia. Skinner mengatakan bahwa dia tidak terlalu sedih karena kematian adiknya dan ia merasa bersalah karena tidak merasa sedih.
Walaupun Skinner tidak pernah mengambil jurusan psikologi di perguruan tinggi, dia mulai tertarik dengan bidang tersebut dan diterima untuk penelitian pascasarjana di Harvard. Skinner meraih doktor pada tahun1931. Selama pascasarjannya di Harvard, Skinner mengembangkan minatnya dalam perilaku binatang dan berusaha menjelaskan perilaku tanpa merujuk pada saraf.
Setelah Harvard, Skinner pindah ke Minnesota, kemudian ke Indian dan kemudian kembali ke Harvard pada tahun 1984. Sepanjang masa tersebut ia menjadi pelatih binatang. Dari tahun 1931 sampai 1936, Skinner menghabiskan waktunya dengan bekerja di laboratorium W. J. Crozier.  Skinner meninggal pada tahun 1990.
Skinner banyak menerima penghargaan, seperti:
·         American Psychology Assosiatiation Award untuk kontribusi ilmiah yang luar biasa tahun 1958.
·         National Medal of Science tahun 1968
·         American Psychology Assosiatiation’s Citation for Outstanding Lifetime Contribution to Phychology.

B.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Menurut Skinner kemasakan fisik memang terjadi, yang akan membuat perubahan pada individu, lebih peka dalam menerima stimulus dan tanggap dalam merespon. Skinner memandang bahwa pengarus eksternal lebih dominan untuk membentuk tingkah laku.
a.    Tingkah laku sosial
Menurut Skinner, prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku di lingkungan objek inanimate sama saja dengan lingkungan sosial. Individu yang berinteraksi dengan lingkungan nya akan menerima reinforcement negatif maupun positif dari tingkah lakunya. Menurut Skinner, ketika orang lain berinteraksi dengan orang lain akan direinforce untuk melakukan tingkah laku yang dominan.
b.    Ketuaan
Menurut Skinner menjadi tua akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Menjadi tua biasanya berkembang menjadi kurang efektif. Menurut Skinner usia tua bukan kekurangan motivasi tetapi reinforcemen karena lingkungan yang berubah.
C.   KONDISIONING OPERAN SKINNER
Burrhus Frederick Skinner adalah salah satu tokoh behavioristik tradisional. B. F. Skinner adalah  tokoh kondisioning operan. Dasar prosedur pengondisioan operan Skinner adalah kontrol perilaku melalui manipulasi imbalan dan hukum dalam lingkungan, khususnya lingkungan laboratorium. Skinner menyatakan bahwa kepribadian adalah kumpulan pola  tingkah laku. Skinner menyatakan tiga asumsi dasar mengenai tingkah laku, diantaranya:
1.    Tingkah laku mengikuti hukum tertentu, artinya peristiwa satu berhubungan dengan peristiwa lainnya.
2.    Tingkah laku dapat diramalkan. Bukan hanya meramalkan masa yang akan datang, tetapi juga meramalkan masa yang akan datang. Memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi tersebut.
3.    Tingkah laku dapat dikontrol. Bukan hanya tahu bagaimana tingkah laku seseorang, tetapi dapat memanipulasinya. 
Skinner yakin bahwa manusia dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan dengan melihat kepada prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan terhadap respon-respon di masa yang lalu.
Skinner mengembangkan minatnya dalam perilaku binatang dan berusaha menjelaskan perilaku ini dalam tanpa merujuk pada fungsi sistem saraf. Pendekatan yang digunakan oleh Skinner pada khususnya adalah respons dan tidak menekankan pada struktur. Hal tersebut didasari oleh dua hal, yaitu:
·         Pertama, behavioris memandang perilaku sebagai adaptasi terhadap lingkungan situsional atau perilaku tergantung pada situasi.
·         Kedua, pendekatan umum mencakup pendekatan untuk menyusun sebuah teori, teori tersebut didasarkan pada variable yang dapat diamati.
Skinner membedakan perilaku atas:
1.    Perilaku yang alami atau tingkah lau respon (respondent behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas yang telah dikenali, perilaku yang bersifat refleksif. Misalnya, refleks kedip mata terhadap hembusan udara atau mengelak dari pukulan.
2.    Perilaku operan, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Berbagai respon ini yang ditimbulkan oleh organisme disebut dengan operant (operan). Menurut Skinner, perilaku itu merupakan rangkaian perilaku-perilaku yang lebih kecil atau lebih sederhana. Misalnya, seorang mahasiswa datang ke kampus tidak terlambat, maka hal itu merupakan rangkaian perilaku bangun pagi, mandi lebih pagi, sarapan, dan seterusnya.
Istilah operan adalah respon yang beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Pengondisian operan adalah belajar di mana respon yang didasari, diperkuat atau diperlemah, tergantung pada konsekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Menurut Skinner ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan, yaitu:
a.    Setiap respon diikuti dengan reward yang akan bekerja sebagai reinforcement stimuli dan akan cenderung diulangi. Reinforcement stimuli ada dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. reinforcement positif apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons, sedangkan reinforcement negative apabila ditiadakan dalam situasi akan meningkatkan probabilitas respons atau punishment (hukuman).
b.    Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa reward merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya respons.
Perbedaan kondisioning klasik dan operan salah satunya adalah kondisioning klasik tidak perlu membuat respons atau aktivitas untuk memperoleh reward atau reinforcement. Skinner membuat melakukan perilaku tertentu pada waktu tertentu. Dalam penelitiannya Skinner menggunakan sebuah kotak Skinner yang digunakan untuk mempelajari pengondisian operan. Binatang dalam kotak Skinner belajar mendapatkan makan dengan mengoperasikan lingkungan mereka di dalam kotak tersebut. Skinner tertarik untuk mencari tahu perilaku yang beragam sebagai hasil dari perubahan lingkungan. Skinner menggunakan tikus sebagai hewan coba, kemudian beralih pada burung merpati. Menurut Skinner manusia dan binatang akan berbeda dalam merespon stimulus, tetapi proses dasarnya secara umum sama.
1)    Penelitian Skinner pada Tikus.
https://kk4141.files.wordpress.com/2011/05/tikus_pavlov1.png
Seekor tikus yang lapar diajarkan untuk menekan pedal yang ada dalam kotak tersebut. awalnya tikus tersebut akan berkeliling, mengeksplorasi lingkungan di kotak tersebut. Pada titik tertentu tikus tersebut secara tidak sengaja menginjak pedal tersebut, kemudian dia kan mendapatkan makanan. Pada saat hal itu terjadi, tikus tersebut tidak akan mempelajari bahwa ketika ia menginjak pedal tersebut akan menghasilkan makanan dan akan tetap mengeksplorasi lingkungan kotak tersebut. Namun kemudian tikus tersebut akan menekan pedal tersebut dan mendapatkan makanan dan seiring berjalannya waktu frekuensi penekanan pedal akan semakin meningkat. Akhirnya, tikus tersebut akan terus menekan pedal itu untuk mendapatkan makanan hingga ia merasa kenyang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tikus tersebut belajar bahwa makanan tersedia ketika memijak pedal.
Skinner menyebutkan bahwa proses mengarahkan tikus untuk menekan pedal sebagai penguatan. Penguatan atau reinforcement adalah proses di mana stimulus meningkatkan kemungkinan terjadinya pengulangan perilaku yang telah dimunculkan. Atau ilustrasinya bahwa perilaku menekan pedal akan kembali terjadi karena stimulus makanan. Makanan dalam situasi ini disebut sebagai penguat. Penguat adalah setiap stimulus yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi lagi.
Penguat seringkali dipandang sebagai hadiah atau penghargaan yang dapat memicu timbulnya respon kembali. Namun istilah penghargaan atau hadiah hanya terbatas pada kejadian yang positif. Penguat positif adalah stimulus yang ditambahkan pada lingkungan yang menyebabkan peningkatan dalam respon terdahulu. Misalnya, pada saat pengemis meminta uang kepada seorang mahasiswa dan mahasiswa tersebut memberikannya. Meningkatkan kemungkinan bahwa pengemis tersebut akan meminta kembali pada saat yang berbeda. Sedangkan penguat negatif adalah stimulus tidak menyenangkan yang penghilangan terhadap stimulus tersebut mendorong peningkatan kemungkinan bahwa respon terdahulu akan rendah lagi. Misalnya, ketika sakit gigi akan lebih baik jika meminum obat tertentu. Ketika masa yang akan datang mengalami hal yang sama, kemungkinan besar akan menggunakan obat yang sama.
Tetapi penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Hukuman adalah stimulus yang menurunkan kemungkinan bahwa perilaku akan kembali terjadi. Penguat negatif akan terjadi peningatan perilaku, sedangkan hukuman akan menurunkan kemungkinan muculnya respon. Terdapat dua jenis hukuman, yaitu hukuman positif dan negatif. Hukuman positif memperlemah respons melalui penenerapan stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya hukuman penjara bagi para koruptor atau mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester karena absensi yang tidak mencukupi. Sedangkan hukuman negatif  yaitu penghilangan terhadap stimulus yang menyenangkan, misalnya anak tidak diberikan uang jajan ketika ia mendapatkan nilai buruk di sekolahnya atau gaji karyawan akan berkurang pada saat kinerja yang dilakukannya menurun dalam sebuah perusahaan.
2)    Penelitian Skinner pada Burung merpati.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9ZbKwoQ5OvgkToklMzzCmiNmpK7p3tKT4_AN0yFoWOrSkE9Tk9t94H3mQz2dyJNA5vGB4bYLHN0_dX5_HuHNiOfalMNMD_QwRkW2tdzPnErIyMzoFVlzbxNXyGPo0OHwmvMR7KL6cv8Un/s1600/skinner.png
Penelitian kondisioning operant yang dilakukan Skinner dengan objek burung merpati. Seekor merpati dimasukkan ke dalam sebuah kotak atau Skinner menyebutnya dengan Skinner box. Merpati dipisahkan dari lingkungan normal dan kotak kecil yang kedap.merpati lapar tersebut dihadapkan dengan stimulus dinding kotak yang salah satunya ada bintik yang dapat mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati itu mematuk bintik merah itu, maka akan keluar makanan dari lobang di bawah bintik itu. Cara yang dilakukan untuk membuat merpati mematuk bintik merah itu yaitu peneliti membentuk tingkah laku merpati. Pertama, merpati dilatih untuk makan dari lubang makanan. Kemudian makanan akan diberikan jika merpati berdiri dekat bintik cahaya dan menegakkan kepala. Begitu seterusnya, makanan hanya akan diberikan jika merpati menatap dan mematuk bintik cahaya. Sejak itu, merpati semakin sering mematuk cahaya, karena patukan tersebut mendapatkan hadiah (reinforcement) yaitu makanan. 
            Mematuk cahaya merah untuk mendapatkan makanan dinamakan pembentukan (shaping) tingkah laku. Sedangkan teknik yang dipakai disebut dengan pendekatan berangsur (successive approximation). Tingkah laku yang sudah tetapi dapat dihilangkan atau dipadamkan (extinction).
D.   Contoh aplikasi kondisioning operan:
Contoh sederhana tentang pengondisian operan, misalnya pada anak yang meminta permen berkali-kali dan ibunya memberikannya setiap kali ia meminta. Secara positif ibu memperkuat respon saat anak meminta manisan. Namun kita juga bisa menghapus respon tersebut, dengan cara ibu tidak memberi permen pada saat anak tersebut memintanya. Kemudian kita akan melihat frekuensi anak meminta permen akan berkurang. Namun ada cara lain yang membuat anak berhenti meminta permen tersebut. Apabila anak meminta permen, ibu dapat menghukum dengan cara menamparnya. Apabila ibu tersebut melakukan langkah seperti ini, yakni menambahkan sesuatu untuk mereduksikan kemungkinan terjadinya respon operan, akan mengurangi kemungkinan respon tersebut terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut dinamakan dengan stimulus penghukum.









Daftar pustaka:
·         Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM PRESS.
·         Hall, S. C., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 3: Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisinus.
·         Feldman, R. S. (2012). Pengantar Psikologi: Understanding Psychology (10th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
·         Pervin, A. L., Cervone, D., & John, O. P. (2004). Psikologi Kepribadian: Teori & Penelitian (9th ed.). Jakarta: Kencana.
·         Walgito, B. (2007). Pengantar Psikologi Umum (4th ed.). Yogyakarta: Andi.
·         Produska, Bernard., & Turman, R. S. (2008). 4 Teori Kepribadian. Jakarta: Restu Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar