BEHAVIORISTIK
Behaviorisme (behaviorist) merupakan aliran psikologi
ilmiah yang dominan di Amerika Utara selama hampir setengah abad. Behaviorisme
menaruh perhatian pada penghargaan (reward)
maupun punishment dalam mempertahankan
maupun mengurangi kecenderungan munculnya mental untuk menjelaskan perilaku.
Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
A.
BIOGRAFI
EDWARD LEE THORNDIKE
Thorndike lahir
pada tahun 1874 di Williamsburg, Thorndike mendapat gelar sarjananya di Wesleyn
University tahun 1895 dan mendapat gelar masternya di Harvard tahun 1897.
Ia mempelajari bukunya William James
mengenai “ Principles of Psychology” yang sangat menarik banginya kemudian
Thorndike menjadi teman baik James.
Thorndike mendapat beasiswa di Columbia dan mendapatkan gelar doktor
tahun1898 kemudian dia mengajar di Columbia sampai tahun 1940.
Thorndike
merupakan tokoh yang mengadakan penelitian tentang animal psychology penelitian
mengenai hewan yang diwujudkan dalam desertasi doktornya yang berjudul “Animal Intelligence: An Experimental Study
of Associative Process in Animals” diterbitkan tahun 1911 dengan judul “ Animal Intellegince” ( Hergenhahn, 1976).
Dalam buku ini terdapat ide-ide fundamental Thorndike dan teori tentang proses
belajar.
B. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Menurut Torndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi antara Stimulus (S) dengan Respon (R). Menurut Thorndike asosiasi
antara sense of impression dan impuls to action disebut sebagai connection yaitu usaha yang
menghubungkan antara kejadian sensoris dengan perilaku. Thorndike
menitikberatkan pada aspek fungsional dari perilaku yang berarti proses mental
dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri
organisme terhadap lingkungan. Thorndike diklasifikasikan sebagai
behavioris yang fungsional.
Pecobaan
Thorndike yang terkenal adalah percobaan
pada seekor kucing yang lapar diletakan di dalam sangkar yang tertutup dan
pintunya dapat dibuka secara otomatis, apabila kenop yang terletak didalam
sangkar tersebut tersentuh. Di depan
sangkar tersebut diletakan makanan. Ketika diletakan dalam sangkar kucing
tersebut merasa tidak nyaman dan memperlihatkan dorongan untuk lari, kucing
berusaha meloloskan diri dari tiap celah yang tersedia, mencakar, dan menggigit
terali besi selama delapan sampai sepuluh menit tetap kucing tetap berperilaku
demikian namun tidak menghasilkan apapun atau gagal. Kucing terus berusaha dan
akhirnya menginjak tali Tu tombol Yng menyebabkan pintunya terbuka. Setelah melalui beberapa percobaan, kucing
tersebut segera menginjak tali atau tombol yang menyebabkan pintu terbuka dari
dalam sangkar.
Percobaan
tersebut menghasilkan teori “trial and error “atau “selecting and conecting” menyatakan bahwa dalam belajar terdapat cara
mencoba-coba dan membuat salah atau gagal. Dalam percobaan ini kucing tersebut
cenderung meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak menimbulkan hasil. Kucing
trsebut cenderung memilih dan mengulang-ulang
stimulus yang menghasilkan respon menyenangkan. Setiap respons
menghasilkan stimulus baru kemudian stimulus
baru tersebut menghasilkan respons lagi, demikian seterusnya.
Dari eksperimennya
Thorndike mengajukan tiga macam hukum-hukum belajar yaitu :
1.
Hukum
Kesiapan ( the law of readiness)
Menurut Thorndike belajar
yang baik perlu adanya kesiapan, ada beberapa hal yang dikemukakan pertama jika
organisme memiliki kesiapan dalam melakukan aktivitas maka akan mengaami
kepuasan.
Kedua jika organisme
memiliki kesiapan untuk melakukan sesuatu, namun organisme tidak dapat
melakukanya maka akan mengalami kekecewaan atau frustasi.
ketiga jika organisme tidak memiliki kesiapan untuk
bertindak namun melakukan maka akan menimbulkan ketikdakpuasan.
2.
Hukum
Latihan (the law of exercise)
Ada dua aspek dalam hukum
ini pertama yaitu the law of use
merupakan hukum yang mendyatakan bahwa hubungan stimulus dan respon akan kuat
apabila sering digunakan. Kedua the law
of disuse menyatakan bahwa hubungan atau koneksi stimulus dan respon akan
lemah jika tidak ada latihan.
3. Hukum Efek (the law of effect)
Memprkuat atau memperlemah
hubungan antara stimulus dan respon tergantung pada bagaimana hasil dari respon
yang bersangkutan. Apabila stimulus menimbulkan respon yang menghasilkan reward hubungan stimulus dan respon akan
kuat, demikian sebaliknya.
Thorndike berpendapat bahwa
stimulus yang menimbulkan respon menyenangkan akan cenderung lebih diulang dan
memperkuat hubungan stimulus respon sedangkan bahwa stimulus yang menimbulkan
respon tidak menyenangkan maka cenderung ditinggalkan dan hubungan stimulus
respon melemah.
Thorndike menyatakan hukum tambahan sebagai berikut:
a.
Hukum
Reaksi Bervariasi
Menyatakan bahwa individu
diawali proses trial dan error yang menunjukan bermacam –macam respon tepat
dalam memecahkan masalah.
b.
Hukum
Sikap ( Attitude)
Menjelaskan bahwa prilaku
seseorang tidak hanya ditentukan oleh stimulus respon saja , tetapi ditentukan
keadaan yang ada dalam individu baik kognitif, emosi, sosial maupun
psikomotoriknya.
c.
Hukum
Aktifasi Berat Sebelah
Individu dalam belajar
memberikan respons pada stimulus tertentu sesuai persepsi terhadap keseluruhan
situasi.
d.
Hukum
Respons by Analogy
Individu melakukan respon
pada situasi yang belum pernah dialami
karena sebenarnya dapat menghubungkan dengan situasai yang sudah pernah
dialami. Maka terjadi transfer unsur-unsur yang telah dikenal denga nsituasi baru.
e.
Hukum
perpindahan Asosiasi
Proses peralihan dari
situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap dengan
menambahkan sedikit unsr baru dan menghilangkan sedikit unsur lama.
C. CONTOH APLIKASI TEORI
BELAJAR THORNDIKE.
Ada seorang anak kecil yang berada di kamar gelap, kemudian
dia melakukan respon menangis, namun dari respon menangis itu tidak membuahkan
hasil apapun, respon tersebut menjadi lemah. Kemudian anak tersebut meraba-raba
atau menekan-nekan segala sesuatu yang ada disekitarnya namun kamar tersebut tetap
gelap. Anak tersebut merasakan ada dinding dan meraba dinding itu akhirnya dia
menemukan ada tombol listrik kemudian menekannya, akibat respon itu kamar yang
tadi gelap menjadi terang. Hubungan antara respon dan akibat menjadi diperkuat.
Anak kecil tersebut akan menekan tombol itu kembali jika memasuki kamar yang
gelap itu.
BURRHUS
FREDERICK SKINNER (1904-1990)
A.
BIOGRAFI
B. F. SKINNER
Burrhus Frederick Skinner lahir pada tanggal 20 Mei 1904
di Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara dan
ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Dia tertarik pada kesusastraan yang membawanya
masuk Hamilton College jurusan sastra Inggris. Skinner menjadi sarjana muda
pada tahun 1926. Pada saat Skinner masuk universitas, adiknya meninggal dunia.
Skinner mengatakan bahwa dia tidak terlalu sedih karena kematian adiknya dan ia
merasa bersalah karena tidak merasa sedih.
Walaupun
Skinner tidak pernah mengambil jurusan psikologi di perguruan tinggi, dia mulai
tertarik dengan bidang tersebut dan diterima untuk penelitian pascasarjana di
Harvard. Skinner meraih doktor pada tahun1931. Selama pascasarjannya di
Harvard, Skinner mengembangkan minatnya dalam perilaku binatang dan berusaha
menjelaskan perilaku tanpa merujuk pada saraf.
Setelah
Harvard, Skinner pindah ke Minnesota, kemudian ke Indian dan kemudian kembali
ke Harvard pada tahun 1984. Sepanjang masa tersebut ia menjadi pelatih
binatang. Dari tahun 1931 sampai 1936, Skinner menghabiskan waktunya dengan
bekerja di laboratorium W. J. Crozier. Skinner meninggal pada tahun 1990.
Skinner banyak
menerima penghargaan, seperti:
·
American Psychology Assosiatiation
Award
untuk kontribusi ilmiah yang luar biasa tahun 1958.
·
National Medal of Science tahun 1968
·
American Psychology
Assosiatiation’s Citation for Outstanding Lifetime Contribution to Phychology.
B.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Menurut Skinner
kemasakan fisik memang terjadi, yang akan membuat perubahan pada individu,
lebih peka dalam menerima stimulus dan tanggap dalam merespon. Skinner memandang
bahwa pengarus eksternal lebih dominan untuk membentuk tingkah laku.
a.
Tingkah
laku sosial
Menurut
Skinner, prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku di lingkungan objek
inanimate sama saja dengan lingkungan sosial. Individu yang berinteraksi dengan
lingkungan nya akan menerima reinforcement
negatif maupun positif dari tingkah lakunya. Menurut Skinner, ketika orang lain
berinteraksi dengan orang lain akan direinforce untuk melakukan tingkah laku
yang dominan.
b.
Ketuaan
Menurut Skinner
menjadi tua akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Menjadi tua biasanya
berkembang menjadi kurang efektif. Menurut Skinner usia tua bukan kekurangan
motivasi tetapi reinforcemen karena
lingkungan yang berubah.
C.
KONDISIONING
OPERAN SKINNER
Burrhus
Frederick Skinner adalah salah satu tokoh behavioristik tradisional. B. F.
Skinner adalah tokoh kondisioning
operan. Dasar prosedur pengondisioan operan Skinner adalah kontrol perilaku
melalui manipulasi imbalan dan hukum dalam lingkungan, khususnya lingkungan
laboratorium. Skinner menyatakan bahwa kepribadian adalah kumpulan pola tingkah laku. Skinner menyatakan tiga asumsi
dasar mengenai tingkah laku, diantaranya:
1.
Tingkah
laku mengikuti hukum tertentu, artinya peristiwa satu berhubungan dengan
peristiwa lainnya.
2.
Tingkah
laku dapat diramalkan. Bukan hanya meramalkan masa yang akan datang, tetapi
juga meramalkan masa yang akan datang. Memungkinkan dapat dilakukannya prediksi
mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi tersebut.
3.
Tingkah
laku dapat dikontrol. Bukan hanya tahu bagaimana tingkah laku seseorang, tetapi
dapat memanipulasinya.
Skinner yakin
bahwa manusia dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan
perkembangan-perkembangan dengan melihat kepada prinsip perkuatan mampu
menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan
terhadap respon-respon di masa yang lalu.
Skinner
mengembangkan minatnya dalam perilaku binatang dan berusaha menjelaskan
perilaku ini dalam tanpa merujuk pada fungsi sistem saraf. Pendekatan yang
digunakan oleh Skinner pada khususnya adalah respons dan tidak menekankan pada
struktur. Hal tersebut didasari oleh dua hal, yaitu:
·
Pertama,
behavioris memandang perilaku sebagai adaptasi terhadap lingkungan situsional
atau perilaku tergantung pada situasi.
·
Kedua,
pendekatan umum mencakup pendekatan untuk menyusun sebuah teori, teori tersebut
didasarkan pada variable yang dapat diamati.
Skinner
membedakan perilaku atas:
1.
Perilaku
yang alami atau tingkah lau respon (respondent
behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas yang
telah dikenali, perilaku yang bersifat refleksif. Misalnya, refleks kedip mata
terhadap hembusan udara atau mengelak dari pukulan.
2.
Perilaku
operan, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui,
tetapi ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Berbagai respon
ini yang ditimbulkan oleh organisme disebut dengan operant (operan). Menurut Skinner, perilaku itu merupakan rangkaian
perilaku-perilaku yang lebih kecil atau lebih sederhana. Misalnya, seorang
mahasiswa datang ke kampus tidak terlambat, maka hal itu merupakan rangkaian
perilaku bangun pagi, mandi lebih pagi, sarapan, dan seterusnya.
Istilah operan
adalah respon yang beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan hasil yang
diinginkan. Pengondisian operan adalah belajar di mana respon yang didasari,
diperkuat atau diperlemah, tergantung pada konsekuensi yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan.
Menurut Skinner
ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan, yaitu:
a.
Setiap
respon diikuti dengan reward yang
akan bekerja sebagai reinforcement
stimuli dan akan cenderung diulangi. Reinforcement
stimuli ada dua, yaitu reinforcement
positif dan reinforcement negative.
reinforcement positif apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas
respons, sedangkan reinforcement negative
apabila ditiadakan dalam situasi akan meningkatkan probabilitas respons
atau punishment (hukuman).
b.
Reward
atau reinforcement stimuli akan
meningkatkan kecepatan terjadinya respons. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa reward merupakan sesuatu yang
meningkatkan probabilitas timbulnya respons.
Perbedaan
kondisioning klasik dan operan salah satunya adalah kondisioning klasik tidak
perlu membuat respons atau aktivitas untuk memperoleh reward atau reinforcement. Skinner
membuat melakukan perilaku tertentu pada waktu tertentu. Dalam penelitiannya Skinner
menggunakan sebuah kotak Skinner yang digunakan untuk mempelajari pengondisian
operan. Binatang dalam kotak Skinner belajar mendapatkan makan dengan
mengoperasikan lingkungan mereka di dalam kotak tersebut. Skinner tertarik
untuk mencari tahu perilaku yang beragam sebagai hasil dari perubahan
lingkungan. Skinner menggunakan tikus sebagai hewan coba, kemudian beralih pada
burung merpati. Menurut Skinner manusia dan binatang akan berbeda dalam
merespon stimulus, tetapi proses dasarnya secara umum sama.
1)
Penelitian
Skinner pada Tikus.
Seekor tikus
yang lapar diajarkan untuk menekan pedal yang ada dalam kotak tersebut. awalnya
tikus tersebut akan berkeliling, mengeksplorasi lingkungan di kotak tersebut.
Pada titik tertentu tikus tersebut secara tidak sengaja menginjak pedal
tersebut, kemudian dia kan mendapatkan makanan. Pada saat hal itu terjadi, tikus
tersebut tidak akan mempelajari bahwa ketika ia menginjak pedal tersebut akan
menghasilkan makanan dan akan tetap mengeksplorasi lingkungan kotak tersebut. Namun
kemudian tikus tersebut akan menekan pedal tersebut dan mendapatkan makanan dan
seiring berjalannya waktu frekuensi penekanan pedal akan semakin meningkat.
Akhirnya, tikus tersebut akan terus menekan pedal itu untuk mendapatkan makanan
hingga ia merasa kenyang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tikus tersebut belajar
bahwa makanan tersedia ketika memijak pedal.
Skinner
menyebutkan bahwa proses mengarahkan tikus untuk menekan pedal sebagai penguatan. Penguatan atau reinforcement
adalah proses di mana stimulus meningkatkan kemungkinan terjadinya pengulangan
perilaku yang telah dimunculkan. Atau ilustrasinya bahwa perilaku menekan pedal
akan kembali terjadi karena stimulus makanan. Makanan dalam situasi ini disebut
sebagai penguat. Penguat adalah
setiap stimulus yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi
lagi.
Penguat seringkali
dipandang sebagai hadiah atau penghargaan yang dapat memicu timbulnya respon
kembali. Namun istilah penghargaan atau hadiah hanya terbatas pada kejadian
yang positif. Penguat positif adalah
stimulus yang ditambahkan pada lingkungan yang menyebabkan peningkatan dalam
respon terdahulu. Misalnya, pada saat pengemis meminta uang kepada seorang
mahasiswa dan mahasiswa tersebut memberikannya. Meningkatkan kemungkinan bahwa
pengemis tersebut akan meminta kembali pada saat yang berbeda. Sedangkan penguat negatif adalah stimulus tidak
menyenangkan yang penghilangan terhadap stimulus tersebut mendorong peningkatan
kemungkinan bahwa respon terdahulu akan rendah lagi. Misalnya, ketika sakit
gigi akan lebih baik jika meminum obat tertentu. Ketika masa yang akan datang
mengalami hal yang sama, kemungkinan besar akan menggunakan obat yang sama.
Tetapi penguat
negatif tidak sama dengan hukuman. Hukuman
adalah stimulus yang menurunkan kemungkinan bahwa perilaku akan kembali terjadi.
Penguat negatif akan terjadi peningatan perilaku, sedangkan hukuman akan
menurunkan kemungkinan muculnya respon. Terdapat dua jenis hukuman, yaitu
hukuman positif dan negatif. Hukuman positif memperlemah respons melalui
penenerapan stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya hukuman penjara bagi
para koruptor atau mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester
karena absensi yang tidak mencukupi. Sedangkan hukuman negatif yaitu penghilangan terhadap stimulus yang
menyenangkan, misalnya anak tidak diberikan uang jajan ketika ia mendapatkan
nilai buruk di sekolahnya atau gaji karyawan akan berkurang pada saat kinerja
yang dilakukannya menurun dalam sebuah perusahaan.
2)
Penelitian
Skinner pada Burung merpati.
Penelitian
kondisioning operant yang dilakukan Skinner dengan objek burung merpati. Seekor
merpati dimasukkan ke dalam sebuah kotak atau Skinner menyebutnya dengan Skinner box. Merpati dipisahkan dari
lingkungan normal dan kotak kecil yang kedap.merpati lapar tersebut dihadapkan
dengan stimulus dinding kotak yang salah satunya ada bintik yang dapat
mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati itu mematuk bintik merah itu,
maka akan keluar makanan dari lobang di bawah bintik itu. Cara yang dilakukan
untuk membuat merpati mematuk bintik merah itu yaitu peneliti membentuk tingkah
laku merpati. Pertama, merpati dilatih untuk makan dari lubang makanan.
Kemudian makanan akan diberikan jika merpati berdiri dekat bintik cahaya dan
menegakkan kepala. Begitu seterusnya, makanan hanya akan diberikan jika merpati
menatap dan mematuk bintik cahaya. Sejak itu, merpati semakin sering mematuk
cahaya, karena patukan tersebut mendapatkan hadiah (reinforcement) yaitu makanan.
Mematuk cahaya merah untuk mendapatkan makanan dinamakan
pembentukan (shaping) tingkah laku. Sedangkan
teknik yang dipakai disebut dengan pendekatan berangsur (successive approximation). Tingkah laku yang sudah tetapi dapat
dihilangkan atau dipadamkan (extinction).
D.
Contoh
aplikasi kondisioning operan:
Contoh
sederhana tentang pengondisian operan, misalnya pada anak yang meminta permen
berkali-kali dan ibunya memberikannya setiap kali ia meminta. Secara positif
ibu memperkuat respon saat anak meminta manisan. Namun kita juga bisa menghapus
respon tersebut, dengan cara ibu tidak memberi permen pada saat anak tersebut
memintanya. Kemudian kita akan melihat frekuensi anak meminta permen akan
berkurang. Namun ada cara lain yang membuat anak berhenti meminta permen
tersebut. Apabila anak meminta permen, ibu dapat menghukum dengan cara
menamparnya. Apabila ibu tersebut melakukan langkah seperti ini, yakni
menambahkan sesuatu untuk mereduksikan kemungkinan terjadinya respon operan,
akan mengurangi kemungkinan respon tersebut terjadi di masa yang akan datang.
Hal tersebut dinamakan dengan stimulus penghukum.
Daftar
pustaka:
·
Alwisol.
(2009). Psikologi Kepribadian.
Malang: UMM PRESS.
·
Hall,
S. C., & Lindzey, G. (1993). Psikologi
Kepribadian 3: Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisinus.
·
Feldman,
R. S. (2012). Pengantar Psikologi:
Understanding Psychology (10th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
·
Pervin,
A. L., Cervone, D., & John, O. P. (2004). Psikologi Kepribadian: Teori & Penelitian (9th ed.).
Jakarta: Kencana.
·
Walgito,
B. (2007). Pengantar Psikologi Umum (4th
ed.). Yogyakarta: Andi.
·
Produska, Bernard., & Turman, R. S. (2008). 4 Teori Kepribadian. Jakarta: Restu
Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar