BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teori
Gestalt
Pada awal dimulainya
aliran behavioris yaitu di Amerika Serikat J.B Watson mengemukakan sebuah karya
pada tahun 1913, karya tersebut berjudul “Psychology
as the Behaviorist View It” yang menjadi awal munculnya aliran Behaviorist
di negara Amerika Serikat. Maka di Jerman Max Wertheirmer juga mengajukan
kertas kerjanya yang berjudul “Experimental
Studies of the Perception of Movement” kertas kerja tersebut menjadi tanda
dimulainya aliran psikologi gestalt.
Kedua aliran tersebut
disebut sebagai aliran kontemporer yang mengkritik aliran dari Wundt yaitu
ortodoks. Dikedua aliran tersebut memiliki sebuah perbedaan, psikologi gestalt
menekankan pada kritik mengenai dijadikannya elemen-elemen pada kesadaran yang
dilakukan oleh Wundt di aliran Strukturalisme, sedangkan aliran behaviorist
menekankan pada tingkah laku yang berbentuk nyata sebagai data dalam psikologi.
Teori
Pensifatan
Adanya perbedaan
pandangan antara Gordon Allport dan para teoritis pendahulunya yang mengungkapkan
beberapa teori untuk menentukan kepribadian seseorang melalui teori
psikoanalitik, behaviorisme, dan sejenisnya. Ia menganggap bahwa manusia
merupakan organisme kompleks yang tidak dapat disamakan dengan hewan atau
organisme neurotic lainnya. Selain itu, kurangnya teoritis yang membahas
tentang keadaan manusia dewasa yang berada dalam keadaan normal, membuatya
menciptakan sebuah teori pensifatan. Dimana kepribadian dinilai dari adanya
sifat-sifat yang dimiliki manusia saat ini, tanpa menilik pada masa lalunya.
Teori
Faktorial
2.1
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian aliran psikologi gestalt menurut para ahli ?
2. Mengetahui
siapa saja tokoh yang berpengaruh pada psikologi gestalt ?
3. Bagaimana
Allport merumuskan definisi kepribadian yang mengangkat teori yang berbeda dari
para teroitis di masanya ?
4. Apakah
teori pensifatan itu ?
5. Bagaimana
struktur dan dinamika kepribadian menurut teori pensifatan ?
6.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kepribadian
menurut Teori Gestalt
Tokoh
: Max Wertheimer, Kurt Koffka, & Wolfgang Kohler
Psikologi
Gestalt adalah sebuah aliran psikologi yang berkembang di Jerman pada tahun
1912, bersamaan dengan diterbitkan sebuah artikel yang berjudul “Experimental Studies of the Perception of
Movement” oleh Max Wertheimer. Max
Wertheimer (1880-1943) dianggap sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt, ia juga
bekerjasma dengan kedua temannya yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfag
Kohler (1887-1967) dimana keduanya juga memiliki pandangan yang sama dengan
Wertheimer.
Aliran Gestalt
menentang aliran behavioristik yang mempunyai pandangan yang elementaristik.
Menurut Gestalt baik strukturalisme maupun behaviorisme sama-sama memiliki
kesalahan karena telah membagi pokok bahasan yaitu mengenai perilaku menjadi
sebuah elemen-elemen. Pandangan psikologi Gestalt berpusat pada apa yang
dipersepsi itu merupakan sebuah kebulatan. Teori ini juga dikenal dengan teori
pembelajaran yang mendalam.
Psikologi
Gestalt tidak semata-mata berbicara tentang kilasan-kilasan instuisi saja,
melainkan tentang bagaimana lebih memecahkan sebuah masalah dengan cara
menganali keseluruhan kejadian atau prinsip yang mengorganisasi. berikut adalah
tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan aliran psikologi gestalt.
a. Max
Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer
lahir pada tanggal 15 April 1880 di Praha, dan wafat pada 12 Oktober 1943 di
New York. Dia merupakan tokoh pertama sekaligus yang tertua dalam mengembang
aliran psikologi Gestalt. Wetheirmer menjadi tokoh pertama yang berpengaruh
dalam berkembangnya psikologi gestalt karena dia telah melakukan percobaan
dengan menggunakan sebuah alat yang bernama Stroboskop.
Stroboskop
adalah suatu alat yang berbentuk kotak dengan ada alat tambahan yang berfungsi
untuk melihat kedalam kotak. Didalam kotak tersebut terdapat gambar yang
diletakkan dengan arah melintang dan tegak dengan diperlihatkan secara terus
menerus. Kesan yang timbul adalah gambar tersebut bergerak dari arah tegak
kearah melintang secara bergantian.
Dalam buku nya
yang berjudul “investigation of Gestalt
Theory” dia mengemukakan tentang hukum-hukum Gestalt. Berikut adalah
hukum-hukum Gestalt yang dikemukakan Wertheimer :
1. Hukum
kedekatan (law of proximity)
Hukum
ini menjelaskan segala sesuatu yang saling berdekatan baik dari segi waktu
ataupun tempat biasanya dianggap sebagai suatu totalitas atau keseluruhan.
Misal ada seorang wanita yang memiliki paras sederhana, lalu dia berdekatan
dengan sekumpulan wanita dengan paras cantik. Hal itu akan membuat seseorang
yang melihat wanita dengan paras sederhana akan memiliki paras yang cantik pula
karena dia berdekatan dengan wanita berparas cantik.
2. Hukum
ketertutupan (law of closure)
Hukum
ketertutupan menjelaskan segala sesuatu yang tertutup akan membentuk kesan
totalitas tersendiri. Misal ada dua garis melengkung yang didekatkan. Kedua
garis itu akan membentuk sebuah lingkaran yang penuh, walau pada kenyataanya
kedua garis itu tidak menyatu. Namun, orang yang melihat itu akan menganggap
bahwa lingkaran itu merupakan lingkaran yang penuh.
3. Hukum
kesamaan (law of equivalence)
Hukum
kesamaan menjelaskan segala sesuatu yang memiliki kesamaan antara satu dengan
lainnya, cenderung dipersepsikan sebagai suatu totalitas atau persamaan dalam
suatu kelompok. Misal ada individu yang baik namun dia berteman dengan individu
yang memiliki perilaku yang kurang baik. Orang lain akan melihat individu yang
baik ini sama dengan individu yang memiliki perilaku kurang baik.
a. Kurt
Koffka (1886-1941)
Kurt Koffka
lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin, dan wafat di Northampton,
Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 22 November 1941. Ilmu yang sudah
diterapkan Koffka kepada Psikologi adalah penyajian dalam pembelajaran secara
sistematis, pengamalan dari prinsip-prinsip gestalt yang meliputi rangkaian
gejala psikologi dari mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai pada psikologi
belajar dan psikologi sosial.
Koffka
menerbitkan sebuah buku jilid pertama yang berjudul “contribution to gestalt psychology” pada tahun 1923. Teori Koffka
yang mempelajari tentang arti belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar,
sebagaimana tingkah laku lainnya yang diterangkan dari prinsip-prinsip
organisasi gestalt. Berikut adalah prinsip-prinsip organisasi gestalt yang
dikemukakan oleh Koffka :
1. Jejak
Ingatan (memory traces)
Teori ini
menjelaskan bahwa suatu pengalaman akan membekas pada bagian-bagian tertentu di
otak. Jejak ingatan akan diorganisasikan di dalam otak, lalu akan dimunculkan
kembali apabila kita menjumpai hal yang serupa dengan ingatan pada saat itu.
Misal pada suatu hari Ananda bertemu dengan Noor, kemudian Noor bercerita
dengan Ananda banyak hal. Cerita yang Noor berikan kepada Ananda membekas pada
ingatan. Hingga suatu hari Ananda bertemu dengan Febri, lalu Febri bercerita
banyak hal pula kepada Ananda. Salah satu cerita dari Febri hampir sama dengan
cerita yang di utarakan Noor kepada Ananda, lalu Ananda mengingat kembali bahwa
cerita tersebut memilki kesamaan.
2. Perubahan
waktu tidak akan melumpuhkan jejak ingatan
Perubahan waktu
tidak akan melumpuhkan jejak ingatan yang ada di dalam otak karena perubahan
waktu itu cenderung lebih menyempurnakan ingatan kita agar lebih baik lagi.
3. Latihan
secara terus – menerus akan meningkatkan atau memperkuat daya ingatan
Maksud dari kata
latihan ini adalah seperti berlatih untuk berkonsentrasi dalam membaca, baik
membaca buku, koran, dan artikel. Dengan cara memahami betul apa topik dari
yang dibaca, apabila sudah berhasil untuk memahaminya maka kita telah dapat
berkonsentrasi dengan baik dan hasilnya dapat memperkuat daya ingat kita.
b. Wolfgang
Kohler (1887-1967)
Wolfgang Kohler
lahir pada tanggal 21 januari 1887 di Reval, Estonia, dan wafat di Lebanon, New
Hampshire, Amerika Serikat pada tanggal 11 Juni 1967. Kohler melakukan
penelitian yang cukup terkenal dalam psikologi belajar berkaitan dengan problem solving. Kohler menggunakan
simpanse dalam percobaannya.
Menurut Kohler
apabila individu atau organisme dihadapkan pada suatu masalah, maka akan
terjadi ketidakseimbangan kognitif dan akan terjadi sampai individu dapat
menyelesaikan masalahnya. Dalam Gestalt dapat dikatakan pula apabila terdapat
permasalah akan menimbulakan ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong
menuju kearah keseimbangan hingga permasalahan itu terselesaikan. Pada
percobaan ini Kohler mengambil kesimpulan bahwa simpanse dalam memperoleh
pemecahan masalah dengan pengertian atau insight.
Perbedaan antara
percobaan yang dilakukan oleh Kohler dengan percobaan yang dilakukan oleh
Thorndike terletak pada cara pandang bagaimana pemecahan masalah yang dilakukan
oleh Sinpanse. Menurut Thorndike cara Sinpanse menyelesaikan masalahnya dengan trial and error, sedangkan menurut
Kohler cara sinpanse memecahkan masalahnya dengan insight.
Kepribadian menurut
Teori Pensifatan
Tokoh : Gordon Allport
A.
Biografi
Gordon Allport
selalu
menanamkan kerja keras yang dilandasi percaya dan afeksi dalam lingkungan
keluarganya. Ia tumbuh besar di Cleveland, Ohio, sekaligus mendapat pendidikan
awalnya di sekolah-sekolah negeri. Beliau menempuh pendidikan undergraduatenya di Harvard University
atas desakan kakaknya, Floyd, yang juga sedang menjadi mahasiswa tingkat
sarjana bidang psikologi di universitas yang sama. Masuk ke Harvard pada tahun
1915 dan lulus pada tahun 1919 dengan gelar sarjana muda dalam studi ilmu ekonomi
dan filsafat.
Selama satu tahun setelah lulus, Allport
mengajar sosiologi dan bahasa inggris di Robert College, Istambul. Kemudian ia
kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph.D.-nya dalam bidang psikologi pada
tahun 1922. Berkat program pertukaran doktor pada tahun 1922-1923, beliau
menghabiskan waktunya untuk
belajar
di Universitas Berlin dan Universitas Hamburg. Kemudian pada tahun 1923-1924
digunakan untuk belajar di Universitas Cambridge, Inggris. Pada tahun
selanjutnya, 1924, beliau menerima tawaran mengajar tentang kepribadian di
Harvard, lebih tepatnya pada mata kuliah “Kepribadian : Aspek-aspek Psikologis
dan Sosialnya”. Dalam 30 tahun terakhir, begitu banyak kegiatannya yang menitik
beratkan pada peranannya dalam penyelesaian isu-isu internasional. Hal tersebut
yang menyebabkan Allport menjadi salah seorang juru tafsir utama psikologi
Jerman di Amerika dalam kurun satu dekade atau lebih. Sekembalinya dari Eropa,
ia menerima jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethics di
Universitas Harvard.
30
Juni 1925, Allport menikahi Ada Lufkin Gould, yang kemudian menjadi seorang
psikolog klinis. Mereka dikarunia seorang putra, Robert Brandlee, yang kemudian
berprofesi sebagai dokter anak. Setelah 2 tahun sekembalinya dari Eropa,
Allport menerima jabatan lektor psikologi di Darmouth College. Kecuali tugas ke
Darmouth College di tahun 1926 sampai 1930, Allport lebih banyak mengajar di
Harvard sampai pension. Beliau meninggal akibat kanker paru pada tanggal 9 Oktober
1967, tepat sebulan sebelum ulang tahunnya yang ke-70.
Selama
karir profesionalnya, Allport praktis menerima semua jenis penghargaan
profesional dan memegang banyak posisi penting yang tersedia di kalangan
psikologi. Tahun 1937-1949, menjadi editor Journal of Abnormal and Social
Psychology. Menjadi presiden APA (American Psychological Association) pada
tahun 1939, presiden EPA (Eastern Psychological Association) pada tahun 1943,
dan presiden SPSSI (Society for the Psychological Study of Social Issues) pada
tahun 1944. Selama Perang Dunia II, menjadi anggota Emergency Committee in
Psychology dan sekretaris di Ella Lynan Cabot Foundation (lembaga yang membantu
para psikolog yang lari akibat NAZI untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di
Amerika). Tahun 1963, menerima Gold Medal Award dari APA bagi Distinguished
Contributions to Psychology, dan pada tahun 1964 mendapat Distinguished
Scientific Contribution Award dari APA. Tahun 1966, beliau menjadi Profesor
Richard Clarke Cabat untuk Etika Sosial pertama di Harvard. Penghargaan yang
paling berkesan selama hidupnya adalah sebuah publikasi dari 55 para kandidat
doktor yang pernah dibimbingnya, diberikan padanya tahun 1963 yang di halaman
dedikasinya ditulis “Dari para mahasiswanya, sebagai pujian atas penghargaan
yang sudah dia berikan untuk individualitas mereka”. Keluasan dan
keanekaragaman karya ilmiahnya terlihat jelas dalam lusinan buku dan monograf,
artikel, kata pendahuluan, dan tinjauan buku yang ditulisnya dalam jumlah yang
banyak. Ia juga ikut mengarang dua tes yang digunakan dikalangan luas, yakni The A-S reaction study dan A study of values.
B.
Kepribadian
Menurut Penelusuran Allport
Pada
masanya, Gordon Allport menentang perspektif-perspektif teori psikologi yang
sudah berkembang saat itu. Seperti contohnya teori psikoanalisis yang
dianggapnya hanya efektif untuk menggambarkan tingkah laku yang kacau atau
tidak normal, namun sedikit sekali kegunaannya untuk menjelaskan tingkah laku
normal. Kemudian teori Behaviorisme yang dianggapnya bahwa prinsip-prinsip yang
mengatur perilaku hewan-hewan dan individu neurotic berbeda dari yang mengatur
manusia dewasa yang sehat. Demikian juga, teori-teori yang memberikan
konseptualisasi yang sangat memadai tentang bayi atau anak kecil saja, tidak
akan memadai jika digunakan untuk menjelaskan tingkah laku orang dewasa.
Keyakinannya adalah bahwa metode-metode penelitian dan model-model teoritis
yang terbukti berguna dalam ilmu alam mungkin bisa menyesatkan dalam penelitian
tentang tingkah laku manusia yang sangat kompleks. Jadi, meskipun Allport
menerima pentingnya dan keharusan pendekatan eksperimental terhadap
masalah-masalah psikologis, namun ia tetap ragu tentang keberhasilan usaha ini.
Pandangannya
yang sistematis merupakan suatu penyaringan dan perluasan ide-ide yang
sebagiannya berasal dari psikologi Gestalt, William Stern, William James, dan
William McDougall. Dari Psikologi Gestalt yang menekankan keseluruhan dan
saling berkaitnya pengalaman sadar, yang tentunya sama sekali tidak
mengindahkan pikiran bawah sadar, Allport menolak terhadap teknik-teknik
analitik yang lazim dalam sains. Karena Allport tidak percaya bahwa sains
adalah satu-satunya sumber informasi yang disediakan tentang kepribadian.
Pengaruh James tercermin dalam orientasinya yang luas dan cenderung humanistic
dengan mengedepankan tingkah laku dan self,
namun adapula keraguannya mengenai metode-metode psikologi untuk menyingkap
teka-teki tingkah laku manusia. Pengaruh McDouggal terlihat dalam penekanannya
pada variable-variabel motivasi, pentingnya peranan dari faktor-faktor genetik,
dan penggunaan konsep-konsep “ego”.
Ciri-ciri
keyakinan teoretis Allport terlihat dalam tulisan-tulisannya yang menunjukkan
usaha-usaha yang tak henti-hentinya untuk memberikan perhatian secara adil pada
sifat kompleks dan khas dari tingkah laku manusia individual. Penerapan metode
dan penemuan-penemuan psikologi didalam “situasi nyata”, dimana usaha dilakukan
untuk memperbaiki suatu keadaan sosial yang tidak diinginkan, merupakan hal
yang sangat dipentingkan Allport. Ia menerbitkan dua perumusan pokok segi
pandangannya, yang pertama adalah Personality
: A Psychological Interpretation (1937) dan Pattern and Growth in Personality (1961). Allport yakin riset
psikologis mestinya mengandung nilai praktis, karena itu sebagai tambahan bagi
buku-bukunya tentang teori kepribadian, ia juga menulis: The Individual and His Religion (1950), The Nature of Prejudice (1958), dan The Psychology of Rumor (1947).
Bagi
Allport, definisi-definisi tidak boleh dianggap remeh, maka dari itu pada tahun
1937, beliau mengkaji 50 definisi tentang kepribadian yang sudah pernah
diungkapkan para tokoh dan teorisi. Setelah meringkas dan membahas secara
terperinci ke-50 definisi tersebut mulai dari sejarah timbulnya, arti-arti
teologis, filosofis, yuridis, sosiologis, dan segi lahiriahnya, Allport
mendapatkan define kepribadian menurutnya sendiri dengan menggabungkan
unsur-unsur terbaik dan menghindari kekurangan-kekurangan pokoknya. Secara
singkat kepribadian diartikan sebagai “manusia sebagaimana adanya”, namun
definisi kepribadian dari Allport yang digunakan hingga saat ini, yaitu
“Kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dalam diri individu atas
sistem-sistem psikofosiknya, yang menentukan cara perilaku dan pemikiran yang
khas”.
Secara
lebih rinci, definisi tersebut mengandung 4 kata kunci yang dapat dijabarkan
lebih lanjut melalui pengertian-pengertian berikut :
1. Pengorganisasian
Dinamis, menekankan fakta bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah,
meskipun sekaligus terdapat organisasi atau sistem yang mengikat dan
menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian. Meski kemiripan menetap dalam
diri seseorang untuk mempertahankan identitasnya, namun seseorang tidak pernah
sama setelah mereka menerima sebuah pengalaman dalam hidupnya, apapun itu.
2. Sistem
Psikofisik, menunjukkan bahwa kepribadian tidak hanyamental saja ata tidak
hanya fisik saja, melainkan saling melakukan pengorganisasian yang mencakup
pengoperasian tubuh dan jiwa yang berpadu secara tak terpisahkan menjadi
kesatuan pribadi.
3. Menentukan,
menjelaskan bahwa kepribadian terdiri dari kecenderungan-kecenderungan
menentukan yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
“Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu …….. Ia adalah apa yang
terletak dibalik tindakan-tindakan tertentu dan di dalam diri individu” (1937,
hlm.48). Jadi, perilaku manusia dibangkitkan dari dalam oleh struktur
kepribadiannya.
4. Perilaku
dan Pemikiran yang Khas, pengertian tersebut lebih mampu unutk mencakup banyak
perilaku dan pemikiran entah berkaitan atau tidak dengan adaptasi terhadap
lingkungan. Tentunya menekankan bahwa tidak ada dua manusia yang sama, dan
karenanya satu-satunya cara mempelajari seorang individu tertentu adalah
mempelajari individu tertentu itu sendiri.
C.
Titik
Pijak Allport Melihat Kepribadian
Untuk
mempelajari kepribadian seorang individu, Allport menggunakan tiga konsep
berikut sebagai titik pijaknya :
1. Karakter
(Watak), didefinisikan Allport sebagai “kepribadian yang dievaluasi, sedangkan
kepribadian adalah watak yang didevaluai”. Watak mengisyaratkan norma tingkah
laku tertentu atas dasar mana individu-individu atau perbuatan-perbuatannya
dinilai dalam konteks “baik” atau “buruk”.
2. Temperamen,
adalah komponen emosi kepribadian dan juga merupakan bahan mentah yang bersama
dengan inteligensi dan fisik membentuk kepribadian. Hereditas berperan lebih
besar dibanding aspek lain dan erat juga hubungannya dengan faktor-faktor
biologis atau fisiologis, serta sedikit sekali mengalami perubahan seiring
terjadinya perkembangan.
3. Tipe
Kepribadian. Tipe sendiri merupakan cara mengkategorikan individu dan
kepribadian adalah sesuatu yang terdapat dalam diri manusia yang menyebabkannya
bersikap dengan suatu cara. Jadi, kepribadian membangkitkan pola-pola perilaku
yang bisa dideskripsikan sebagai tipe-tipe.
D.
Struktur
dan Dinamika Kepribadian
Dalam
teori Allport, struktur dan dinamika kepribadian tidak dapat dipisahkan
pembahasannya seperti teori-teori sebelumnya. Karena struktur kepribadian
diuraikan dalam bentuk sifat-sifat (traits), namun tingkah laku juga
dimotivasikan atau digerakkan oleh sifat-sifat tersebut. Bagi Allport, sifat
(trait) atau ciri pembawaan merupakan unit-unit pengukuran yang sanggup
menghidupkan sintesis dalam teori kepribadiannya. Sifat didefinisikan Allport
sebagai struktur neuropsikis yang memiliki kapasitas untuk menjadikan banyak
stimulus ekuivalen secara fungsional dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk
tingkah laku adaptif dan ekspresif yang ekuivalen (yang konsisten dari segi
maknanya).
Setiap
orang memiliki pola sifat masing-masing, tidak ada dua manusia mempunyai pola
sifat yang sama karena setiap individu menghadapi pengalaman-pengalaman yang
berbeda. Sifat juga menjadi pemandu perilaku karena memengaruhi cara manusia
dalam menghadapi beragam situasi. Sifat tidak dapat diamati, melainkan dapat
disimpulkan dari tingkah laku individu. Beberapa kriteria yang mengasumsikan
adanya sebuah sifat dalam diri manusia dapat dilihat dari, frekuensi seseorang
mengadopsi sebuah tipe penyesuaian, jangkauan situasi dimana ia mengadopsi mode
bertindak yang sama, dan intensitas reaksi-reaksinya untuk tetap mempertahankan
“pola yang disukai” bagi perilakunya. Sifat bukan kebiasaan, karena kebiasaan
memiliki arti yang lebih spesifik Sifat juga bukan merupakan sikap, karena
sikap cenderung melibatkan evaluasi, penilain baik atau buruk, dan mengandung
penerimaan atau penolakan, sedangkan sifat tidak seperti itu.
Pada
tahun 1937, Allport mengganti istilah sifat untuk menyebut sifat-sifat
individual dengan istilah “disposisi”, sehingga muncullah istilah
disposisi-disposisi individual. Sedangkan istilah “sifat” digunakan untuk
menyebut sifat-sifat umum yang pengertiannya lebih luas. Disposisi sendiri
didefinisikan Allport sebagai “struktur neuropsikis yang memiliki kapasitas
untuk menjadikan banyak stimulus secara fungsional ekuivalen, dan memulai serta
membimbing bentuk-bentuk konsisten (ekuivalen) tingkah laku adaptif dan
stilistik”. Setelah mempelajari berbagai disposisi-disposisi pribadi, Allport
membedakannya dalam 3 tipe yaitu Disposisi Utama, Disposisi Sentral, dan
Disposisi Sekunder.
1. Disposisi
Utama / Kardinal, bersifat sangat umum sehingga dapat ditemuui pengaruhnya
dalam hamper di setiap kegiatan yang dilakukan seseorang. Jenis disposisi ini
relative kurang biasa dan tidak akan dijumpai pada banyak orang.
Istilah-istilah yang menggambarkan disposisi utama seperti, Faustian,
Machiavellian, Quixotik, Sadistik, dan sejenisnya.
2. Disposisi
Sentral, dapat dikatakan sebagai sifat-sifat dasar yang dimiliki seseorang
karena konsistensi perilakunya. Karena merupakan kecenderungan-kecenderungan
sangat khas dari individu, yang sering berfungsi atau muncul, dan sangat mudah
disimpulkan. Allport yakin setiap orang memiliki jumlah disposisi sentral dalam
kisaran 5-10 sifat.
3. Disposisi
Sekunder, jarang mucul karena lebih sering terpusat pada respon-respon yang
ditimbulkannya maupun pada stimulus-stimulusnya yang sesuai. Jangkauannya lebih
spesifik dari disposisi kardinal dan disposisi sentral. Meliputi kecenderungan
pribadi seperti makanan kesukaan atau model pakaian tertentu.
E.
Proprium
Dalam
definisi kepribadian yang diutarakan Allport, terdapat kata “pengorganisasian
dinamis” yang kemudian menjadi bahan dasar untuk membahas istilah proprium. Maksudnya
disini adalah pengorganisasian dari berbagai struktur-struktur biologis dan
juga psikologis. Berbagai aspek ini kemudian saling berkelanjutan dan
diorganisasikan oleh suatu agen. Agen itu dulunya disebut jiwa (soul), kemudian seriring berkembangnya
jaman disebut diri, jiwa/pribadi, dan ego. Namun kemudian Allport membuat
istilah tersendiri untuk menyebutkan pengorganisasi kepribadian tersebut dengan
istilah “Proprium”. Fungsi-fungsi propium dari kepribadian, yang termasuk
didalamnya adalah perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan
diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya
kognitif, dan fungsi mengenal. Sudah dijelaskan juga bahwa kepribadian selalu
berubah dan berkembang, begitupun pemfungsian agen ini, yang dijelaskan
terdapat 8 tahap dari manusia lahir hingga dewasa.
1. Rasa
“aku” badani (pada tahun pertama). Banyaknya sensasi yang dirasakan bayi,
membuatnya tahu bahwa tubuhnya eksis (ada). Rasa diri jasmaniah berfungsi untuk
membedakan apa yang merupakan bagian dari diri sendiri sehingga terasa hangat
dan intim, serta dari yang asing bagi diri.
2. Rasa
identitas diri yang berkesinambungan (pada tahun kedua), artinya anak menyadari
bahwa dirinya tetap sama meskipun ada perubahan dalam ukuran dan pengalaman
mereka. Contohnya, pada usia ini anak belajar nama mereka yang bertindak
sebagai jangkar identitas mereka dan menyadari status independennya di sebuah
kelompok sosial.
3. Rasa
kepercayaan-diri (tahun ketiga), terlihat dari rasa bangga seorang anak ketika
mereka berhasil melakukan sesuatu secara mandiri dan mulai mencari kebebasan
akan pengawasan dirinya.
4. Rasa
perluasan-diri (pada tahun keempat), pada tahun ni anak mulai belajar rasa
kepemilikan tidak hanya akan dirinya, melainkan juga orang-orang atau benda-benda
disekitarnya seperti mainan, hewan piaraan, saudara, orang tua, dan lain-lain.
5. Rasa
gambar diri (pada tahun keempat sampai keenam), anak mulai belajar mengenai
baik buruknya tindakan yang mereka lakukan, sesuaikah apa yang mereka lakukan
dengan harapan orang lain akan tindakan mereka itu. Selain itu, mereka juga
mulai merumuskan apa yang ingin mereka lakukan dimasa depan, seperti contohnya
cita-cita.
6. Munculnya
diri sebagai penyelesai masalah yang rasional (tahun keenam sampai keduabelas),
mereka mulai berpikir bagaimana berpikir, karena mereka mulai paham bahwa
berbagai permasalahan yang mereka hadapi dapat dicari penyelesaiannya melalui
proses berpikir.
7. Munculnya
perjuangan yang tepat ( pada tahun keduabelas sampai seluruh masa remaja), pada
usia ini manusia remaja mulai berorientasi terhadap masa depan, ditandai dengan
mulai munculnya intensi-intensi dan tujuan-tujuan jangka panjang, serta
cita-cita yang masih jauh. Mereka belajar untuk lbih memaknai hidup dalam
rangka pencapaian segala hal yang hendak mereka capai dan telah mereka
rencanakan.
8. Munculnya
diri sebagai sesuatu yang mengetahui (masa dewasa), muncul ketika seorang
dewasa sudah menyadari betul, menyatukan, dan mentransendensikan tujuh aspek
diri yang sebelumnya. Artinya, mereka sudah bisa mensistensiskan semua fungsi
yang tepat dengan cara yang tepat.
F.
Otonomi
Fungsional
Otonomi
fungsional didefinisikan Allport sebagai sistem motivasi bentukan apa pun
dimana tegangan-tegangan yang terlibat tidak sama jenisnya dengan dengan
tegangan-tegangan anteseden dimana sistem bentukan berkembang. Teori ini
memperlihatkan kenapa orang dewasa sekarang terlibat di beberapa perilaku tidak
sama alasannya dengan yang awalnya menyebabkan dia terlibat di perilaku
tersebut. Untuk itu, Allport memiliki empat persyaratan bagi teori motivasi
yang adekuat, yaitu
1. Mengakui
hakikat motif berlaku saat ini (kekinian), jadi apapun yang yang mendorong kita
untuk berpikir atau bertindak haruslah mendorong kita sekarang juga.
2. Memungkinkan
eksisnya beberapa tipe motif (pluralistis), karena Allport bukan merupakan
orang yang reduksionis yang berusaha mereduksikan semua motif menjadi sejumlah
kecil dorongan organik.
3. Mengakui
pentingnya proses-proses kognitif,
memandang bahwa proses-proses kognitif seperti perencanaan dan intensi,
dengan kekuatan dinamis. Allport menekankan pentingnya kesadaran, prposes
kognitif sebagai pemandu perilaku.
4. Mengakui
bahwa pola motivasi setiap orang unik, sama halnya dengan sifat, tidak ada dua
individu yang memiliki pola motivasi yang sama antara satu dan yang lainnya.
Kemudian
Allport memilah otonomi fngsional kedalam dua tipe yaitu :
1. Otonomi
Fungsional Preserevatif, meliputi bentuk-bentuk kecanduan, perbuatan-perbuatan
yang diulang-ulang, dan hal-hal yang rutin yang dulu pernah menjadi tujuannya,
namun sekarang tidak lagi. Contohnya, seorang kakek yang tetap rutin bangun
dipagi hari walaupun sudah pensiun dari pekerjaannya.
2. Otonomi
Fungsional Proprium, merujuk pada minat, nilai, tujuan, sikap,
disposisi-disposisi pribadi, gambaran diri, dan gaya hidup. Sebuah cita-cita
tidak bersifat bawaan, melainkan karena suatu gambaran diri yang terbentuk
secara bertahap menuntut focus khusus yang menjadi sumber motivasi.
G.
Kepribadian
yang Sehat, Matang, dan Dewasa
Menurut Allport, ada beberapa atribut
yang diaykininya dimiliki oleh orang dewasa yang normal dan sehat, yaitu :
1. Kapasitas
bagi perluasan diri, digambarkan dengan banyaknya prtisipasi dalam berbagai
kegiatan, mempunyai banyak teman dan hobi, serta aktif secara politis atau
religius.
2. Kapasitas
bagi interaksi hangat dengan manusia lain, artinya mampu membangun hubungan
dekat dengan orang lain tanpa adanya sikap yang berlebihan seperti posesi atau
cemburu, memperlihatkan belas kasih, dan bisa menerima perbedaan-perbedaan yang
ada diskitarnya.
3. Memperlihatkan
rasa aman emosi dan penerimaan diri, artinya mempunyai toleransi akan timbulnya
konflik dan depresi yang tak terelakkan terjadi dalam hidupnya, serta memiliki
gambar diri yang positif.
4. Memperlihatkan
persepsi-persepsi yang realistik, dapat diartikan dengan melihat keadaan sesuai
dengan apa adanya, menampilkan akal yang sehat ketika menilai sebuah situasi,
dan menentukan penyesuaian diri dengannya.
5. Memperlihatkan
objektivitas diri, digambarkan dengan memiliki gambaran yang akurat tentang aset
dan liabilitas mereka sendiri, memiliki selera humor yang baik.
6. Memperlihatkan
penyatuan filsafat hidup. Menurut Allport, hidup orang dewasa yang sehat
“diatur atau diarahkan menuju sejumlah tujuan yang dipilihnya sendiri. Setiap
orang memiliki sesuatu yang cukup special untuk dihidupi, sebuah niat yang
dianggap utama”.
Kepribadian menurut Teori Faktorial
Tokoh :
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
diperoleh adalah aliran psikologi gestalt awal mulanya bersumeber dari
ditentangnya aliran behaviorist dan strukturalisme. Aliran ini menekankan bahwa
suatu fenomena hendaknya dipandang secara keseluruhan dan tidak merupakan
bagian-bagian. Pada aliran psikologi gestalt memiliki sebuah prinsip dimana
prinsip tersebut menerapkan teori insight
yang dikemukakan oleh Kohler. Teori ini menjelaskan bagaimana cara memecahkan
masalah dengan cara berfikir.
Menurut Allport, kepribadian adalah pengorganisasian
yang dinamis dalam diri individu atas sistem-sistem psikofosiknya, yang
menentukan cara perilaku dan pemikiran yang khas. Pijakan Allport dalam
mempelajari kepeibadian yaitu watak (karakter), temperamen, dan tipe
kepribadian. Struktur dan dinamika kepribadian yang dipaparkannya terdiri dari
trits-traits yang terbagi dalam 3 tipe yaitu disposisi cardinal, disposisi
sentral, dan disposisi sekunder. Proprium adalah agen pengorganisasi seluruh
funsi diri dalam membentuk kerpibadian masing-masing individu. Otonomi
Fungsional adalah sistem motivasi bentukan apa pun dimana tegangan-tegangan
yang terlibat tidak sama jenisnya dengan dengan tegangan-tegangan anteseden
dimana sistem bentukan berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Hashim S., Razali M., Jantan
R., (2003). Psikologi pendidikan.
Kuala lumpur : PT Professional Publishing.
Chaplin J.P., (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Boeree, C.G. (2007). Sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai
masa modern, cetakan kedua. Jogjakarata : Prismashopie.
Sarwono, Sarlito W. Berkenalan dengan aliran-aliran dan
tokoh-tokoh psikologi. Jakarata : PT. Bulan bintang.
Hall, S. Calvin; Lindzey,
Gardner (1993). Teori-Teori Sifat dan
Behavioristik. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Olson, Matthew H.; Hargenhahn
(2011). Pengantar Teori Kepribadian Edisi
Ke-8. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar